Home
>
News
>
Publication
>
Carbon Trading dalam Bentuk NFT dan Aset Kripto
Carbon Trading dalam Bentuk NFT dan Aset Kripto
Tuesday, 09 August 2022

Pasar karbon menjadi salah satu solusi dalam mengurangi emisi yang sulit untuk dihindarkan untuk sektor-sektor yang membangun ekonomi, dan kemungkinan untuk individu juga. Di saat kita bertransisi ke teknologi dan sumber energi yang lebih berkelanjutan, offset karbon menyediakan batu loncatan supaya mencapai netralitas karbon, instrumen yang selama ini dianggap sebagai komoditi karena kemampuannya dalam memberikan nilai ekonomi yang dapat diperjualbelikan. Namun, kredit karbon tidak terbatas pada perdagangan hak dari satu pihak ke pihak lain. Dengan berkembangnya teknologi, terutama blockchain, perdagangan kredit karbon telah bertumbuh secara kreatif. Teknologi ini membawa transparansi ke perdagangan komoditi sebagai sebuah solusi dalam mengurangi penipuan di sektor ini. Blockchain memungkinkan data untuk didistribusikan ke banyak basis data dan dengan demikian memberikan transparansi dalam proses sebuah komoditi dari tambang ke produk manufakturnya.

Baca juga tentang Perdagangan Kredit Karbon


Teknologi NFT Mendukung Sistem Perdagangan Kredit Karbon

Dengan semakin terdesaknya perusahaan-perusahaan dalam mencapai target ESG (Environment, Social, Governance), muncul masalah mengenai verifikasi atas ‘kehijauan’ komoditi tersebut. Dengan melacak input dan aktivitas secara real-time, faktor-faktor ESG dapat menjadi lebih mudah untuk diaudit, sehingga dapat menyediakan informasi tambahan kepada investor-investor. Pengenalan NFT (Non-Fungible Tokens) ke pasar karbon sukarela global telah menunjukan bagaimana NFT dapat mendukung kebenaran kredit karbon yang diperdagangkan, terutama karena karakteristiknya yang berbeda dari komoditi fisik. Masalah yang berlaku untuk kredit karbon yang didistribusikan dan dipantau melalui rute tradisional adalah risiko penghitungan ganda, kredit yang dijual dari proyek yang tidak ada, dan motif lain yang dipertanyakan (contohnya, greenwashing). Pembeli harus bergantung pada kredibilitas proyek offset atau pada pendaftar yang memvalidasi transaksi semacam itu - sebuah metode “kadaluarsa” yang dapat dibuat efisien melalui blockchain

Konsep baru perdagangan karbon memiliki tantangan yang unik, yaitu mengenai proses verifikasi dan pengukurannya. Secara teori, blockchain dapat membantu mengatasi masalah ini dengan menghubungkan proyek offset ke mata uang kripto, atau token berbasis blockchain. Token ini dapat membantu mendorong verifikasi, dan tokenizing proyek offset dapat memastikan pengukuran penyerapan karbon yang akurat. Sifat unik NFT memungkinkan harga kredit karbon secara eksponensial melampaui nilai pasar. Terbukti dari kredit karbon yang dihasilkan dari cadangan Rimba Raya di Indonesia, dengan bantuan usaha mata uang kripto yang berbasis di Inggris, Save Planet Earth. Mereka telah menjual lebih dari 1,000 kredit karbon edisi terbatas sebagai NFT dari proyek yang diverifikasi oleh Verra dengan harga rata-rata $1,770. 

Perdagangan Karbon Menciptakan Insentif bagi Pelaku Bisnis dan Pemerintah

Dari pandangan ini, kredit karbon dapat menjadi cara untuk membuat lahan berhutan menjadi mahal karena investor dapat ‘menghasilkan uang’ dengan melindungi hutan, dibandingkan dengan membakarnya untuk memelihara ternak. Karena kredit karbon menjadi lebih mahal, perusahaan dan pemerintah harus menyadari bahwa akan lebih mahal untuk mengimbangi emisi mereka, sehingga menciptakan insentif untuk memulai proyek pengurangan dan penghapusan emisi. Menurut poll dari Reuters, ekonom iklim menyarankan bahwa harga karbon harus segera mencapai rata-rata minimum $100 untuk mencapai tujuan net-zero dalam Perjanjian Paris di tahun 2050 nanti, dan menurut IMF, rata-rata harga karbon global adalah $3. Tidak seperti saham, kredit karbon dari beberapa proyek tidak dapat dipertukarkan karena ada perbedaan dalam cara kredit tersebut dibuat. Beberapa proyek mungkin lebih efektif daripada yang lain dalam menjaga karbon keluar dari atmosfer, yang tercermin di dalam harga kredit tersebut. 

Pasar global memiliki omset sebesar $ 1 miliar pada November 2021, dan diperkirakan akan terus tumbuh, didorong oleh semakin banyaknya perusahaan yang mengambil tujuan net-zero carbon dan komitmen terkait iklim lainnya. Dalam mekanisme pasar saat ini, pemerintah dan perusahaan dipaksa untuk membeli kredit karbon melalui perjanjian perantara yang rumit atau melalui kemitraan langsung dengan pengembang proyek daripada melalui pasar terbuka. Diatur oleh kumpulan badan standar swasta yang menjalankan registry mereka sendiri menyiratkan bahwa ini adalah pasar global yang belum teratur - sebuah peluang untuk melakukan perbaikan. 

Transparansi Perdagangan Karbon dengan Teknologi Blockchain

Memindahkan pasar sukarela ke blockchain, dan mengikat kredit karbon ke metadata secara publik dapat membuktikan asal muasal dan kualitas kredit, dan akan memberikan akses ke pasar dengan harga transparan dan likuid. Selain itu, pengawas-pengawas akan dapat melacak klaim netralitas karbon kembali ke sumbernya. Menjembatani kredit karbon disk di registri yang berbeda, lalu mengubahnya dan menstandarkannya menjadi token karbon ke satu registri blockchain menciptakan pasar efisien yang terbuka, transparan, dan adil dengan risiko penghitungan ganda yang minimal. Kemudahan tersebut meningkatkan harapan untuk membawa lebih banyak investor yang tertarik dengan kripto ke pasar karbon yang, secara tradisional, didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang berupaya untuk menyeimbangkan emisi mereka supaya memenuhi tujuannya. 

Oleh: Allysea Subagdja


Dapatkan info selengkapnya seputar kredit karbon dalam The Source 23: ICDX 2nd Quarter Update

The Source 23: ICDX 2nd Quarter Update
Member of
© Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX)
Join Our Monthly Newsletter
Follow Us
Contact Us
Midpoint Place, 22nd Floor, K.H. Fachrudin Street No. 26, Tanah Abang, Jakarta Pusat
+62 21 3002 7788