Home
>
News
>
Publication
>
Perkembangan Proyek Hijau di Indonesia
Perkembangan Proyek Hijau di Indonesia
Thursday, 03 November 2022

Isu krisis iklim semakin mengkhawatirkan sehingga urgensi untuk bisnis berkelanjutan semakin meningkat. Sejak revolusi industri, pertumbuhan manusia sangat bergantung pada sektor keuangan. Peran utama sektor keuangan adalah untuk mengelola keuangan global secara efisien dan penggunaan investasi yang tepat bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Selama ini faktor lingkungan tidak dianggap sebagai risiko, dan oleh karena itu, dampak-dampak kerusakan alam seperti kelangkaan sumber daya alam dan habitat, perubahan iklim, dan polusi meningkat. Krisis iklim menjadi salah satu isu yang mengkhawatirkan, menanggapi hal tersebut, negara-negara di dunia mengadakan pertemuan iklim internasional yang melibatkan berbagai negara untuk menetapkan tujuan yang ambisius; yaitu untuk mengurangi emisi global yang menyebabkan pemanasan global. Salah satu langkah yang harus dilakukan agar tujuan ini tercapai adalah meningkatkan investasi dalam energi bersih dan upaya berkelanjutan melalui proyek hijau.

Peran Proyek Hijau dalam Mengurangi Emisi Karbon

Menurut Boston Consulting Group (BCG), peralihan investasi ke energi bersih dan upaya berkelanjutan lainnya akan membutuhkan sebesar $1 triliun per tahunnya sampai 2050. Maka dari itu, proyek hijau mempunyai peran penting dalam meningkatkan investasi iklim. Proyek hijau tidak hanya terbatas pada energi terbarukan, tetapi juga membawa ‘manfaat tambahan’ atau co-benefits yang mempertemukan kepentingan atau tujuan bersama hasil intervensi politik, investasi sektor swasta, atau keduanya.

Masing-masing sektor proyek hijau mempunyai peran dalam mengurangi emisi serta merealisasikan co-benefits. Proyek sektor perhutanan biasanya berhubungan dengan penghentian deforestasi, degradasi ekosistem, dan pemulihan ekosistem. Hasil dari proyek ini dapat memperbaiki kualitas udara, memperkuat ketahanan pangan dan air, dan menopang ekonomi pedesaan. Investasi dalam lahan, air tawar, dan ekosistem laut merupakan kontribusi besar untuk meningkatkan kekuatan dan pemulihan iklim. Selebihnya pembuangan limbah yang tepat membantu perbaikan kualitas udara dan air, serta mengurangi emisi dengan meminimalisir ekstraksi sumber daya dan mengurangi polusi dan konsumsi energi yang terasosiasi dengan pembuatan bahan baru. Selain itu, teknologi yang mendukung energi terbarukan sudah lama hadir, sehingga tidak harus menunggu untuk penemuan baru. Pemancar yang intens seperti sektor industri dapat mengalihkan kebutuhan energi dari sumber yang intens emisi karbon ke sumber energi terbarukan. 

Potensi Proyek Hijau di Indonesia

Indonesia mempunyai keuntungan besar dalam menjalani proyek hijau sektor hutan ini dari segi lahan maupun sumber daya alam. Selain hutan tropis yang luas untuk proyek perhutanan, ada juga pegunungan berangin untuk proyek turbin angin dan sungai untuk proyek tenaga air. Sudah ada beberapa proyek hijau yang berjalan di Indonesia, baik dari sektor perhutanan, energi terbarukan, hingga pengelolaan limbah yang terdaftar di registry Gold Standard dan Verra.

Dari proyek energi terbarukan seperti tenaga air yang terletak di sungai-sungai Sumatera, panas bumi yang terletak di pegunungan Jawa Barat, hingga tenaga angin di pegunungan Sulawesi sampai proyek perhutanan di Kalimantan tengah, proyek hijau sudah berada di beberapa pulau besar Indonesia. Masing-masing proyek juga membawa manfaat tambahan yang diluar lingkungan seperti manfaat sosial dan ekonomi bagi penduduk setempat.

Profil Proyek Hijau di Indonesia

  • Katingan Peatland Restoration and Conservation Project - PT. Rimba Makmur Utama (RMU):

Lokasi proyek ini terletak di Kabupaten Katingan dan Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Tujuan proyek ini adalah untuk mengurangi dan menghindari emisi yang berhubungan dengan deforestasi dan reboisasi yang direncanakan dalam kombinasi dengan kegiatan konservasi lahan gambut yang basah dan sebagian kering, serta rewetting lahan gambut yang kering. Selain itu, tujuan proyek ini adalah untuk melindungi dan memulihkan 149,800 hektar ekosistem lahan gambut, menjadi sumber pendapatan berkelanjutan masyarakat setempat. Proyek ini tidak membawa dampak lingkungan dan sosial ekonomi negatif terhadap wilayah proyek dan sekitar. Hal ini dikonfirmasikan melewati kunjungan lokasi dan proses verifikasi CCB, karena proyek ini mempunyai program penjangkauan dan pengembangan komunitas yang luas. 

Langkah-langkah adaptasi untuk manfaat lingkungan yang diambil oleh Proyek Katingan termasuk manajemen perikanan terintegrasi, restorasi ekosistem rawa gambut dan reboisasi, dan perencanaan dan perancangan pengembangan infrastruktur yang tangguh iklim. Laporan pemantauan Verra menyatakan bahwa proyek ini mempunyai dampak positif pada semua kelompok di komunitas sekeliling. Komunitas dan keanekaragaman hayati terhadap perubahan iklim telah diperkuat dengan implementasi proyek ini. Manfaat tambahan yang dirasakan penduduk sekitar merupakan sumber pendapatan baru dan keterlibatan perempuan dalam sesi pelatihan dan keuangan mikro. Ada juga beberapa praktik pertanian berkelanjutan seperti produksi gula kelapa dan minyak kelapa yang diajarkan kepada kaum muda tergolong kurang mampu. Tanpa kegiatan ini, penghasilan mereka bergantung pada penebangan ilegal. 

  • Lahendong Unit 5 & Unit 6 Geothermal Project - PT. Agrienergy Indonesia 

Proyek ini adalah pengembangan energi panas bumi hulu dan hilir, termasuk pengeboran, aktivitas konstruksi dan operasi, pembangkit listrik tenaga panas bumi baru 2 x 20 mW di Tompaso Geothermal Field, Sulawesi Utara. Aktivitas proyek dikembangkan dan dioperasikan oleh PT Pertamina Geothermal Energy, yang berfokus terutama untuk berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan energi nasional melalui aplikasi energi panas bumi. Listrik rendah emisi yang dihasilkan akan diekspor ke sistem jaringan listrik terhubung Minahasa, Kotamobagu, dan Gorontalo. Tanpa aktivitas proyek, kebutuhan energi di wilayah tersebut akan dipenuhi oleh pengoperasian pembangkit listrik yang terhubung dengan jaringan yang ada dan dengan penambahan sumber pembangkit listrik baru ke jaringan Suluttenggo. Pengurangan emisi rata-rata diperkirakan sekitar 137,173 TCO2 per tahun. Batas proyek termasuk emisi CO2 dari pembangkit listrik dari PLTU batubara terhubung dengan jaringan yang ditelantarkan untuk aktivitas proyek ini. 

Proyek ini menyediakan sumber listrik yang bisa diandalkan ke jaringan listrik wilayah tersebut yang rendah emisi gas rumah kaca, dan peluang kerja untuk tenaga kerja di daerah sekitar. Konsultasi dengan warga lokal menjadi faktor penting di fase pembangunan dan pengembangan proyek ini sebagai upaya untuk menghindari kerugian pihak sekitar. Pengembang proyek mengadakan pertemuan ini untuk menjelaskan aktivitas proyek supaya pemangku kepentingan lokal memahami proyek tersebut, perubahan iklim global, dan mekanisme pembangunan bersih. Perkembangan sosial juga menjadi salah satu manfaat tambahan yang dihasilkan dari proyek ini, yakni; pendidikan dan kesehatan dalam bentuk beasiswa dan pengobatan gratis.

  • Gianyar Waste Recovery Project - Yayasan Bumi Sasmaya

Proyek ini terletak di kabupaten Gianyar, Bali, yang berfokus pada pengelolaan dan penanganan limbah. Emisi gas rumah kaca (CH4) dapat dihindarkan dengan mengomposkan limbah kota, yang akan ditinggal untuk pembusukan anaerobik di pembuangan limbah padat tanpa penangkapan metana (methane capture) dan flaring atau produksi listrik. Proyek ini melibatkan implementasi unit pengolahan limbah padat di kota. Limbah lalu diproses melalui metode pengomposan yang dimulai dengan pemisahan dan pelarutan limbah untuk proses dekomposisi yang cepat. Proses pengomposan dilengkapi dengan pasokan udara dengan bantuan blower sentrifugal untuk memastikan kondisi aerobik dan akan diputar setiap dua minggu untuk melonggarkan bahan dan pasokan udara bebas. Setelah dipisah, kompos mentah selanjutnya diangin-anginkan untuk mendapatkan kompos akhir, sedangkan bahan kasar akan dikirim kembali ke sampah organik untuk dekomposisi lebih lanjut. 

Kontribusi proyek ini pada iklim adalah mengurangi emisi metana yang dihasilkan oleh limbah yang tidak dikelola. Selebihnya, proyek ini menghasilkan sekitar 65 peluang kerja untuk masyarakat sekitar. Tanpa aktivitas proyek, limbah yang tidak dikelola akan menjadi berbahaya karena kandungan bahan beracun dan berbagai mikroorganisme patogen. Proses pengomposan akan menghilangkan patogen. Selain itu, limbah yang dibuang akan menghasilkan lebih banyak lindi - cairan terkontaminasi yang dihasilkan dari air yang meresap melalui tempat pembuangan limbah padat dan mencemari area bawa permukaan. Oleh karena itu, bahaya kesehatan di antara penduduk setempat di dan sekitar tempat pembuangan sampah berkurang dengan bantuan aktivitas proyek ini. 

Kehadiran proyek hijau ini tidak hanya membawa dampak baik untuk iklim, namun manfaat lainnya untuk masyarakat sekitar juga. Hal ini menjadi dorongan untuk merubah pola pertahanan iklim menuju kepada pembangunan berkelanjutan.

Oleh: Allysea Subagdja

Dapatkan info selengkapnya seputar proyek hijau dalam The Source 24: ICDX 3rd Quarter Update

The Source 24: ICDX 3rd Quarter Update
Member of
© Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX)
Join Our Monthly Newsletter
Follow Us
Contact Us
Midpoint Place, 22nd Floor, K.H. Fachrudin Street No. 26, Tanah Abang, Jakarta Pusat
+62 21 3002 7788