Revolusi industri 4.0 pertama kali dibahas secara global dalam World Economic Forum di Davos pada Januari 2016. Di saat yang sama, Klaus Schwab, pendiri sekaligus ketua eksekutif World Economic Forum, meluncurkan buku yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”, dimana buku ini menjadi dasar pemahaman global tentang bagaimana dunia saat ini sudah memasuki era revolusi industri yang keempat.
Ia menjelaskan bahwa revolusi industri 4.0 akan membawa perubahan kepada kehidupan manunia secara menyeluruh. Tidak hanya mengubah pola berkomunikasi, cara kita menggunakan barang hingga pola konsumsi juga berubah. Perubahan ini bahkan dapat merubah identitas kita, dimana standar hidup manusia semakin berkembang dengan adanya telepon pintar, kota pintar, lalu lintas pintar, dan perangkat teknologi lain yang memudahkan manusia. Segala jenis teknologi yang ada akan terintegrasi dengan sebuah ekosistem yang didorong oleh big data atas kolaborasi yang terjadi antara pemerintah, pebisnis, dan masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, kemunculan internet pada awal tahun 2000 menjadi cikal bakal digitalisasi dan teknologi big data yang melahirkan revolusi industri 4.0 ini. Perkembangan revolusi industri 4.0 melahirkan berbagai konsep baru dalam teknologi seperti internet of things (IoT), machine learning, cyber-physical system, human-machine interface, smart factories, cloud computing, 3D printing, robotic and sensor technology dan artificial intelligence (AI). Semua teknologi tersebut menciptakan model bisnis baru yang berbasis digital yang dapat memberikan efisiensi tinggi, sehingga biaya lebih murah dengan kualitas produk yang lebih baik.
Salah satu model tersebut ialah teknologi blockchain. Dalam rangka mengoptimalkan rangkaian operasional sebuah skema, teknologi blockchain memberikan solusi atas keamanan mengumpulkan, menyimpan, dan membagikan data kepada seluruh pihak dalam rantai pasokan (supply chain). Blockchain dapat membuat aplikasi IoT yang lebih kuat dan aman. Teknologi ini juga bisa digunakan untuk mempercepat pertumbuhan analisa big data dan AI.
Implementasi blockchain dalam industri dapat memberikan solusi untuk perdagangan yang lebih efisien dan aman. Sebagai contoh, teknologi blockchain dalam perdagangan energi dan komoditas lainnya. Ada empat elemen yang menjadi kunci perdagangan energi dan komoditas lainnya dengan teknologi blockchain, yakni sebagai berikut.
Selain itu, terdapat hal krusial lain dalam perdagangan energi dan komoditas, yakni soal penyelesaian (settlement). Dengan blockchain, penyelesaian diotomasi dengan smart contract. Smart contract dapat mengotomasi proses penyelesaian suatu perdagangan komoditas. Hal ini dapat diaplikasikan pada transaksi komoditas yang diselesaikan secara tunai maupun secara fisik, atau bahkan, diaplikasikan pada kontrak derivatifnya, baik berjangka maupun forward.
Smart contract memberikan otomasi penuh dari derivatif penyelesaian tunai token, sebagaimana dana penyelesaian dapat ditahan pada rekening escrow sampai jatuh tempo perdagangan, lalu dilepaskan secara otomatis. Dalam penyelesaian perdagangan fisik, partisipan dapat menggunakan tanda tangan kunci berdasarkan blockchain untuk konfirmasi pengiriman barang.
Semua pihak yang terlibat dalam perpindahan komoditas dapat menelusuri aset nya secara real-time. Layanan letter of credit yang tradisional dari bank tidak lagi diperlukan jika telah mengimplementasikan teknologi blockchain, sehingga dapat menghemat cukup banyak biaya dan mengurangi kesalahan.
Dalam “The Fourth Industrial Revolution”, Schwab menyampaikan bahwa teknologi blockchain akan berkontribusi 10% dari produk domestik bruto (PDB) global di tahun 2025, dengan 58% partisipan bisnis diseluruh dunia. Berbagai pengaruh positif dari teknologi blockchain di masa yang akan datang antara lain: