| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 0.97980 | 0.17% |
GBPUSD | 1.11560 | 0.02% |
AUDUSD | 0.64000 | 0.58% |
NZDUSD | 0.55770 | 1.06% |
USDJPY | 144.670 | -0.02% |
USDCHF | 0.98690 | -0.25% |
USDCAD | 1.38160 | -0.47% |
GOLDUD | 1660.000 | 0.28% |
COFU | 81.02 | 1.10% |
USD/IDR | 15230 | 0.33% |
Senin, 03 Oktober 2022 - Pada pembukaan pekan pagi ini, harga minyak terpantau mengalami koreksi naik pasca OPEC+ mengisyaratkan kemungkinan pemotongan produksi hingga lebih dari 1 juta bph, yang merupakan pemangkasan terbesar yang dilakukan sejak pandemi. Selain itu, ancaman Badai Orlene serta eskalasi konflik Ukraina juga turut memberikan dukungan pada harga minyak.
OPEC+ berpotensi mengurangi produksi sebesar 500 ribu bph hingga lebih dari 1 juta bph - yang kemungkinan sudah termasuk pengurangan secara sukarela oleh Arab Saudi - pada pertemuan di Wina pada hari Rabu nanti, ungkap sumber OPEC+ pada hari Minggu. Angka pemangkasan tersebut sejalan dengan usulan yang disampaikan oleh Rusia pada pekan lalu, dan jika disepakati, maka akan menjadi pemangkasan produksi terbesar yang dilakukan oleh aliansi 23 negara produsen itu sejak pandemi.
Turut mendukung pergerakan harga minyak, Pusat Badai Nasional AS pada hari Minggu mengumumkan potensi Badai baru yang akan melanda AS, tepat beberapa hari setelah Badai Ian. Badai Orlene yang meluncur ke arah pantai barat daya Meksiko diperkirakan sebagai badai kategori 3 yang berbahaya dan berpotensi membawa hujan lebat. Situasi itu memicu kekhawatiran akan kembali terganggunya produksi minyak di Teluk Meksiko yang menjadi pusat energi AS dan berkontribusi terhadap 15% pasokan minyak mentah dan 5% produksi gas alam AS.
Sentimen positif lain juga datang dari eskalasi konflik Ukraina pasca Rusia menganeksasi 4 wilayah provinsi Ukraina - mencakup sekitar seperlima wilayah Ukraina - pada hari Jumat. Ukraina pada hari Minggu mengklaim kendali penuh atas Lyman yang menjadi pusat logistik bagian timur Rusia saat ini, dan menegaskan akan memotong lebih banyak jalur pasokan Rusia.
Sementara itu, permintaan minyak oleh China berpotensi mengalami penurunan pasca data indikator ekonomi terbaru yang dirilis oleh negara konsumen energi terbesar kedua dunia itu menunjukkan perlambatan. Harga rumah baru di China bulan September dilaporkan kembali merosot, yang menandai penurunan selama bulan ketiga berturut-turut, menambah tekanan pada raksasa ekonomi terbesar kedua dunia itu, yang ekonominya hampir tidak bertumbuh pada kuartal II tahun ini akibat penguncian Covid-19.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $85 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $78 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya |
20:45 | USA - S&P Global Manufacturing PMI Final |
| 51.8 | 51.5 |
21:00 | USA - ISM Manufacturing PMI |
| 52.2 | 52.8 |
21:00 | USA - Construction Spending MoM |
| -0.3% | -0.4% |