| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 1.13190 | 0.02% |
GBPUSD | 1.35920 | 0.05% |
AUDUSD | 0.71840 | 0.07% |
NZDUSD | 0.67710 | -0.01% |
USDJPY | 114.600 | 0.06% |
USDCHF | 0.91730 | -0.05% |
USDCAD | 1.25120 | -0.18% |
GOLDUD | 1813.300 | -0.01% |
COFR | 1231663 | 0.21% |
USD/IDR | 14340 | 0.17% |
Rabu, 19 Januari 2022 - Harga minyak pagi ini terpantau bergerak bullish didukung oleh memanasnya situasi di Timur Tengah serta ditambah dengan potensi semakin ketatnya pasokan di pasar pasca penghentian jalur pipa yang membawa minyak dari Irak ke Eropa. Selain itu, penurunan ekspor bensin China juga turut mendukung pergerakan harga minyak lebih lanjut.
Situasi di Timur Tengah kembali memanas pasca militan Yaman melancarkan serangan drone pada hari Senin di Uni Emirat Arab (UEA) yang menyebabkan ledakan dan kebakaran di bandara utama Abu Dhabi dekat fasilitas penyimpanan kelompok minyak milik negara Adnoc, ungkap kantor berita pemerintah, WAM. Seorang pemimpin Houthi Yaman mengatakan kelompok itu akan melakukan lebih banyak serangan terhadap UEA, yang sekaligus mengindikasikan ancaman pada keamanan di wilayah Timur Tengah terutama di UEA yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga OPEC.
Masih dari Timur Tengah, jalur pipa utama yang membawa minyak dari Irak ke Turki dihentikan sementara pasca terjadinya ledakan yang hingga saat ini belum diketahui penyebabnya, ungkap operator pipa Botas pada hari Selasa. Jalur pipa yang terkena ledakan itu merupakan rute penting yang mengangkut sekitar lebih dari 450,000 bph minyak mentah dari Irak Utara ke Eropa melalui pelabuhan Mediterania Turki di Ceyhan. Penghentian tersebut berpotensi menyebabkan pasokan pasar minyak global semakin ketat dan membuat harga bahan bakar terutama bagi pembeli di Asia semakin meningkat.
Turut mendukung harga minyak, ekspor bahan bakar China pada 2021 merosot sebesar 9.1% menjadi 14.54 juta ton, yang menandakan penurunan untuk tahun kedua dan sekaligus merupakan level terendah dalam tiga tahun, ungkap data pemerintah pada hari Selasa. Ekspor bensin telah merosot sejak tahun 2020 dipicu oleh kebijakan pemerintah China yang mewajibkan penyulingan negara memasok lebih banyak bahan bakar untuk pasar domestik serta membatasi ekspor dengan tujuan menekan emisi karbon pada 2030.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran Resistance di IDR 1,250,000 - 1,270,000 per barel serta kisaran Support di IDR 1,220,000 - 1,200,000 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya | |||||
16:30 | USA - API Crude Oil Stocks Change |
|
| -1.077M |