| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 1.03720 | -0.30% |
GBPUSD | 1.20570 | -0.27% |
AUDUSD | 0.67170 | -0.77% |
NZDUSD | 0.62160 | -0.42% |
USDJPY | 139.210 | -0.63% |
USDCHF | 0.94610 | 0.06% |
USDCAD | 1.33990 | 0.04% |
GOLDUD | 1,753.600 | -0.43% |
COFU | 75.93 | -2.38% |
USD/IDR | 15,669 | 0.00% |
Senin, 28 November 2022 - Pada pembukaan pekan pagi ini, harga minyak terpantau bergerak bearish dibebani oleh meluasnya aksi protes di China menolak kebijakan nol-Covid di tengah lonjakan kasus harian Covid yang telah mencapai rekor untuk empat hari berturut-turut. Selain itu, isyarat Irak untuk meningkatkan produksi mulai tahun depan turut membatasi pergerakan harga.
Angka infeksi harian Covid di China mencapai 39,791 kasus pada 26 November, dibanding 35,183 pada sehari sebelumnya, yang sekaligus menandai rekor harian keempat berturut-turut, ungkap Komisi Kesehatan Nasional pada Minggu. Di tengah peningkatan tersebut, ratusan pengunjuk rasa melakukan aksi protes menolak kebijakan nol-Covid yang dipicu oleh kebakaran yang terjadi pada 24 November di gedung perumahan bertingkat tinggi di kota Urumqi, ibu kota wilayah Xinjiang, dan menewaskan 10 orang, yang dikaitkan dengan penguncian. Gelombang protes yang belum pernah terjadi sebelumnya itu telah menyebar ke sejumlah kota besar di China seperti Shanghai, Beijing, Chengdu, Lanzhou, dan Wuhan. Situasi tersebut meningkatkan kekhawatiran akan memicu pelemahan bahan bakar di negara importir minyak terbesar pertama dunia itu.
Turut membebani pergerakan harga lebih lanjut, Irak yang merupakan produsen terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi, mengisyaratkan akan mulai meningkatkan kapasitas ekspor minyak mulai tahun depan sebesar 150,000 - 250,000 bph dari pelabuhan selatannya, ungkap Mohammed Saadoon, perwakilan nasional Irak di OPEC dan wakil direktur jenderal perusahaan pemasaran minyak milik negara yang dikenal sebagai SOMO, dalam sebuah wawancara di TV Irakiya milik negara. Selain itu, Saadoon juga menambahkan bahwa Irak menargetkan total ekspor sebesar 1 juta hingga 1.5 juta bph pada tahun 2025.
Sementara itu, dalam pertemuan yang akan berlangsung pada 4 Desember nanti, OPEC dan sekutunya akan fokus mempertimbangkan kondisi dan keseimbangan pasar, ungkap Saadoun Mohsen, seorang pejabat senior SOMO pada hari Sabtu. Saadoun menambahkan bahwa pemangkasan produksi OPEC tidak akan mengurangi ekspor Irak, dan ia berharap harga minyak mentah akan mencapai $85-95 pada tahun depan.
Fokus pasar lainnya juga tertuju pada pertemuan lanjutan Uni Eropa (UE) untuk membahas mengenai kesepakatan batas harga untuk minyak Rusia, setelah pertemuan pada 25 November dibatalkan. Sejauh ini terdapat negara-negara UE terbagi dalam 2 kubu, yaitu yang menyepakati harga pada kisaran $65-$70 per barel sesuai usulan dari G7, dan kubu lainnya yang menginginkan batas harga pada $30-$40 per barel, jauh lebih rendah dari harga pasar. Untuk batas harga ini akan mulai diberlakukan pada 5 Desember mendatang, bertepatan dengan dimulainya larangan UE untuk ekspor minyak mentah Rusia melalui jalur laut .
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $78 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $70 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya |
22:30 | USA - Dallas Fed Manufacturing Index |
|
| -19.4 |
23:30 | USA - 3 Month Bill Auction |
|
| 4.22% |
23:30 | USA - 6 Month Bill Auction |
|
| 4.52% |