Home
>
News
>
Press Release
>
ICDX Records 2.4 Trillion Transactions Tin Trading in Q1 2021
ICDX Records 2.4 Trillion Transactions Tin Trading in Q1 2021
Wednesday, 19 May 2021

Bursa timah ICDX mencatatkan nilai transaksi mencapai 2,4 Triliun pada kuartal pertama 2021 dengan volume transaksi timah mencapai 6294 metrik ton. Rata-rata harga timah ICDX pada Kuartal I sampai pertengahan April terpantau stabil pada rentang level USD 28.000 per ton. Angka ini merupakan angka capaian rata-rata tertinggi sejak timah diperdagangkan melalui Bursa ICDX. Peningkatan signifikan terjadi dikarenakan fundamental timah yang kuat sehingga mendukung harga timah untuk bergerak lebih tinggi.

 

Kebutuhan permintaan akan timah yang semakin meningkat sejalan dengan kembali normalnya operasional perusahaan elektronik dan manufaktur global yang membutuhkan timah sebagai bahan baku semikonduktor dalam perakitan produk era modern dalam bentuk barang elektronik dan robotik, mobil elektrik, baterai dan infrastruktur energi. Hal ini terlihat dari volume transaksi timah yang diperdagangkan melalui bursa timah ICDX sampai pertengahan April telah mencapai 7936 metrik ton dan mencatatkan harga timah dengan level tertinggi, hal ini menjadi penanda kembali aktifnya perdagangan timah Indonesia dengan tren pertumbuhan yang meningkat.

 

Harga perdagangan timah Bursa ICDX yang sempat menyentuh USD 29.450 per ton pada Maret 2021 ini menjadi referensi harga timah dunia, yang tentunya akan menguntungkan seluruh elemen perdagangan timah Indonesia. “Harga rata-rata timah Bursa ICDX lebih tinggi dibandingkan London Metal Exchange (LME) dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM), tentunya ini akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan para penjual timah tujuan ekspor”, ujar Bambang Setioso kepala tim logistik ICDX Group.

 

Peningkatan harga timah dari sisi harga dan juga volume ini menjadi momentum kebangkitan perdagangan timah pada 2021, mengingat perdagangan timah Indonesia merupakan salah satu penyumbang perekonomian domestik. Harga timah yang tinggi akan menambah nilai royalti kepada Provinsi Bangka dan juga penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dalam bentuk pajak maupun non pajak atas kegiatan ekspor timah Indonesia. Apabila tren peningkatan harga timah dapat dipertahankan, maka Indonesia akan mengukuhkan kedaulatannya akan sumber daya tidak terbarukan dan tidak tergantikan ini.

Timah akan menjadi sangat vital bagi industri masa depan yang berporos pada renewable energy dan juga komputasi robotik yang menjadi fitur utama dan fokus pengembangan teknologi. Kebutuhan manusia yang semakin luas akan mengakselerasi kebutuhan teknologi pendukung serta produk teknologi yang keberlanjutan. Hal tersebut merupakan masa depan utilisasi timah dalam berbagai industri. Kebutuhan akan timah akan sangat bergantung pada Indonesia yang merupakan salah satu pusat produksi dan eksportir timah terbesar ke pasar global. Pada Kuartal I 2021, kebutuhan global akan timah masih didominasi oleh pasar Asia dan Eropa . Korea Selatan, Singapura, India, Taiwan, Belanda dan Jepang merupakan 6 negara tujuan ekspor terbesar timah Indonesia. Negara tujuan ekspor tersebut merupakan negara-negara yang mendominasi industri elektronik dan manufaktur dan membutuhkan timah dalam skala besar untuk operasionalnya. “Prospek permintaan yang meningkat dan keterbatasan pasokan timah  akan menjadi pondasi kuat untuk harga timah dapat melanjutkan tren kenaikan pada 2021.”tutup Bambang.


The ICDX tin exchange recorded a transaction value of 2.4 trillion in the first quarter of 2021 with a tin transaction volume of 6294 metric tons. The average ICDX tin price in the first quarter to mid-April was stable at the level of USD28,000 per ton. This figure is the highest average achievement since tin was traded on the ICDX Exchange. The significant increase occurred due to strong tin fundamentals which supported the tin price to move higher.


The growing demand for tin is in line with the return to normal operations of global electronics and manufacturing companies that require tin as a raw material for semiconductors in the assembly of modern products in the form of electronics and robotics, electric cars, batteries, and energy infrastructure. This can be seen from the volume of tin transactions traded through the ICDX tin exchange until mid-April which has reached 7936 metric tons and recorded the highest level of tin prices, this is a sign of the resumption of active Indonesian tin trading with an increasing growth trend.


The ICDX Exchange tin trading price, which reached USD29,450 per ton in March 2021, has become a reference for world tin prices, which will certainly benefit all elements of Indonesia's tin trade. "The ICDX Exchange's average tin price is higher than the London Metal Exchange (LME) and Kuala Lumpur Tin Market (KLTM), of course, this will have a positive impact on increasing the income of tin sellers for export destinations," said Bambang Setioso, head of the ICDX Group logistics team.


The increase in the price of tin in terms of price and volume is the momentum for the revival of the tin trade in 2021, considering that Indonesia's tin trade is one of the contributors to the domestic economy. The high price of tin will add to the royalty value to Bangka Province and also the receipt of Export Proceeds (DHE) in the form of taxes and non-taxes for Indonesia's tin export activities. If the trend of increase in prices can be maintained, then Indonesia will strengthen its sovereignty over this non-renewable and irreplaceable resource.


Tin will be very vital for future industries that focus on renewable energy and also robotic computing which is the main feature and focus of technology development. The wider human needs will accelerate the need for supporting technology and sustainable technology products. This is the future of tin utilization in various industries. The need for tin will depend on Indonesia, which is one of the largest tin production centers and exporters to the global market. In the first quarter of 2021, global demand for tin is still dominated by the Asian and European markets. South Korea, Singapore, India, Taiwan, the Netherlands, and Japan are the 6 biggest export destinations for Indonesian tin. These export destinations are countries that dominate the electronics and manufacturing industries and require large-scale tin for their operations. "The prospect of increasing demand and limited supply of tin will be a strong foundation for tin prices to be able to continue the upward trend in 2021," concluded Bambang.

Member of
© Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX)
Join Our Monthly Newsletter
Follow Us
Contact Us
Midpoint Place, 22nd Floor, K.H. Fachrudin Street No. 26, Tanah Abang, Jakarta Pusat
+62 21 3002 7788