| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 1.05470 | -0.16% |
GBPUSD | 1.23520 | -0.28% |
AUDUSD | 0.70480 | -0.34% |
NZDUSD | 0.63600 | -0.27% |
USDJPY | 132.200 | 0.54% |
USDCHF | 0.96620 | 0.29% |
USDCAD | 1.29490 | 0.01% |
GOLDUD | 1856.000 | -0.65% |
COFU | 114.74 | -0.12% |
USD/IDR | 14820 | 0.07% |
Jumat, 17 Juni 2022 - Pada penutupan pekan pagi ini, harga minyak terpantau mendapat dukungan dari sinyal meredanya wabah Covid di Beijing yang memicu harapan pemulihan permintaan dari China. Selain itu, pemberian sanksi baru terhadap Iran ikut mendukung harga minyak. Meski demikian, kenaikan suku bunga oleh banyak bank sentral serta potensi peningkatan pasokan AS membatasi pergerakan harga lebih lanjut.
Otoritas kota Beijing pada hari Kamis mengumumkan bahwa pengujian dan karantina ketat selama 8 hari yang dilakukan untuk mengatasi lonjakan Covid akibat wabah yang muncul di Heaven Supermarket Bar pada 9 Juni lalu telah berhasil meredakan peningkatan infeksi. Berita tersebut memicu optimisme bahwa ibu kota China tersebut tidak akan dikunci seperti yang diterapkan pada kota Shanghai, sekaligus meredam kekhawatiran akan gangguan rantai pasokan di pasar global.
Turut memberikan dukungan pada harga minyak, Departemen Keuangan AS pada hari Kamis memberlakukan sanksi berupa pembekuan aset dan properti yang berada di bawah yuridiksi AS terhadap dua perusahaan yang berbasis di Hong Kong, tiga di Iran, dan empat di Uni Emirat Arab (UEA) karena telah membantu dalam mengekspor petrokimia Iran. Selain itu dalam pernyataannya, Departemen Keuangan AS juga menegaskan bahwa AS akan terus menggunakan otoritas sanksi untuk membatasi ekspor minyak bumi, produk minyak bumi, dan produk petrokimia dari Iran, selama tidak ada kesepakatan baru dari Iran terkait negosiasi nuklir. Pemberian sanksi baru tersebut berpotensi membuat pasokan dari Iran ke pasar global menjadi semakin ketat.
Sementara itu, bank-bank sentral di seluruh Eropa dan bank sentral Argentina pada hari Kamis mengikuti langkah dari bank sentral AS sebelumnya dengan menaikkan suku bunga dalam upaya meredam lonjakan inflasi yang terjadi di masing-masing negara. Kenaikan suku bunga tersebut berpotensi memicu pelemahan ekonomi karena bunga pinjaman usaha menjadi lebih tinggi yang sekaligus meredupkan prospek permintaan termasuk minyak di pasar.
Sentimen negatif lain juga datang dari rencana pertemuan darurat yang akan dilakukan oleh Menteri Energi AS dengan para eksekutif penyulingan pada minggu depan, ungkap juru bicara departemen pada hari Kamis. Rencananya dalam pertemuan tersebut akan membahas mengenai langkah-langkah peningkatan kapasitas dan produksi dari penyulingan serta mengurangi harga gas dalam waktu dekat.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $120 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $110 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya |
19:45 | USA - Fed Chair Powell Speech |
|
|
|
20:15 | USA - Industrial Production MoM |
| 0.4% | 1.1% |
21:00 | USA - CB Leading Index MoM |
| -0.4% | -0.3% |