| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 0.99640 | -0.01% |
GBPUSD | 1.15610 | -0.02% |
AUDUSD | 0.64500 | -0.02% |
NZDUSD | 0.58270 | -0.03% |
USDJPY | 146.280 | 0.10% |
USDCHF | 0.99060 | 0.02% |
USDCAD | 1.35630 | 0.01% |
GOLDUD | 1,662.000 | -0.08% |
COFU | 88.67 | -0.18% |
USD/IDR | 15,555 | -0.03% |
Jumat, 28 Oktober 2022 - Pada penutupan pekan pagi ini, harga minyak terpantau mengalami koreksi bearish dibebani oleh sentimen negatif dari situasi terbaru Covid di China. Meski demikian, potensi dibatalkannya rencana Biden menambah pasokan, data ekonomi terbaru AS, dan laporan IEA memberikan dukungan pada harga minyak.
Berbagai kota-kota besar di China, termasuk Guangzhou - ekonomi terbesar keempat di China -, menggandakan pembatasan Covid-19 setelah otoritas kesehatan pada hari Kamis melaporkan hari ketiga berturut-turut angka infeksi Covid di China mencapai lebih dari 1,000 kasus secara nasional. Situasi tersebut memicu kekhawatiran akan turut berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan penurunan permintaan minyak dari negara importir minyak terbesar pertama dunia itu.
Sementara itu, Komite Partai Republik dilaporkan sedang menyelidiki penggunaan minyak dari Cadangan Darurat AS yang dapat menjadi "potensi penyalahgunaan" oleh Presiden Joe Biden, ungkap sebuah surat dari Partai Republik yang ditujukan kepada Menteri Energi Jennifer Granholm. Jika terbukti, maka rencana Biden sebelumnya untuk merilis tambahan minyak sebesar 15 juta barel pada bulan Desember berpotensi dibatalkan, termasuk rencana terbaru Biden untuk memberlakukan larangan ekspor produk minyak bumi seperti bensin dan solar dalam upaya menekan lonjakan harga bensin menjelang pemilihan 8 November nanti.
Masih dari AS, sinyal membaiknya pertumbuhan ekonomi AS ikut memicu optimisme akan meningkatnya permintaan dari negara konsumen minyak terbesar pertama dunia itu. Dalam data statistik ekonomi terbaru yang dirilis hari Kamis oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal III mengalami pertumbuhan sebesar 2.6% setelah mengalami penurunan berturut-turut pada dua kuartal awal tahun ini. Angka tersebut juga lebih baik dibanding hasil survei yang dilakukan oleh The Wall Street Journal yang sebelumnya memperkirakan kenaikan sebesar 2.3%.
Sentimen positif lain juga datang dari laporan World Energy Outlook yang dirilis hari Kamis oleh International Energy Agency (IEA) pada hari Kamis, yang memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat menjadi 102.4 juta bph pada tahun 2030, naik dari 94.5 juta bph pada tahun lalu, dimana China, India dan Asia Tenggara menyumbang lebih dari 60% atas peningkatan itu. IEA juga menambahkan bahwa permintaan berpotensi mencapai puncaknya pada pertengahan 2030-an sekitar 103 juta bph, sebelum turun ke 102.1 juta bph pada tahun 2050.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $92 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $85 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya |
19:30 | USA - Core PCE Price Index YoY |
| 5.2% | 4.9% |
19:30 | USA - Personal Income MoM |
| 0.3% | 0.3% |
19:30 | USA - Personal Spending MoM |
| 0.4% | 0.4% |
21:00 | USA - Michigan Consumer Sentiment Final |
| 59.8 | 58.6 |
21:00 | USA - Pending Home Sales MoM |
| -4.4% | -2.0% |