Home
>
GOFX Article
>
Volatilitas US Dollar dan Emas ditengah Situasi Global yang Memanas
Volatilitas US Dollar dan Emas ditengah Situasi Global yang Memanas
Friday, 05 May 2023

Apa yang terjadi dengan US Dollar belakangan ini?

Mayoritas perdagangan dunia menggunakan US Dollar sebagai mata uang utama dan hal tersebut sudah berjalan puluhan tahun. Namun keterbatasan penggunaan mata uang US Dollar dan juga kebutuhan negara berkembang untuk dapat memberikan perubahan mendorong beberapa negara untuk membentuk BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

Lima negara BRICS ini memiliki latar belakang yang kuat dan mewakili hampir 40% populasi dunia dengan Produk Domestik Bruto mencapai USD16 Triliun. Aliansi BRICS membahas isu-isu penting di bawah tiga pilar, yakni pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi dan keuangan, serta pilar budaya dan pertukaran orang ke orang. Dengan kekuatan tersebut BRICS memulai gerakan perubahan dengan berencana membentuk mata uang baru.

Hal ini tentu akan memengaruhi kinerja USD, perdagangan yang terjadi diantara kelima negara tersebut mulai menggunakan mata uang diluar US Dollar dalam perdagangannya dan secara tidak langsung membuat posisi USD Dollar menjadi lemah. Apabila hal ini dapat terealisasi hal ini tentunya akan merubah tatanan perdagangan global. 

Pada situasi perdagangan emas dunia negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Iran, dan Rusia semakin mendekat ke Cina-India. Hal ini dipengaruhi oleh perang Ukraina yang diikuti pembekuan rekening Rusia berisi ratusan miliaran dollar AS berkontribusi pada pembahasan penggunaan yuan. Cina dan banyak negara khawatir dengan rangkaian sanksi oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Hal ini terkait dengan ekonomi dan perdagangan, dimana dana transaksi energi di antara mereka berpotensi ikut terdampak apabila kondisi perang memburuk.

Disisi lain data inflasi Amerika Serikat terbaru menunjukkan pendinginan ekonomi meningkatkan ekspektasi The FED untuk menurunkan suku bunga. Analis SLJ Capital, Stephen Jen mengatakan Dolar AS dapat melemah sebanyak 15% dalam empat sampai enam kuartal mendatang karena inflasi terus mereda dan Federal Reserve melonggarkan kebijakan moneter.

Apakah emas dapat menjadi alternatif atas situasi US Dollar?

Harga emas sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya mata uang AS (USD). Walaupun USD juga bisa digunakan sebagai sarana lindung nilai, tetapi hubungannya dengan emas cenderung berkebalikan. Jika harga emas turun, maka investor akan beralih ke uang tunai (USD), begitu juga sebaliknya.

Pada situasi berbeda USD dan harga emas bisa berhubungan positif. Hal ini bisa terjadi karena adanya krisis keuangan dalam suatu negara atau daerah lain. Dengan begitu, maka menyebabkan permintaan terhadap USD dan emas sama-sama meningkat. Selain itu, pergerakan Dolar AS (USD) juga dipengaruhi oleh prospek ekonomi AS jika dibandingkan dengan negara lain dan kebijakan moneter dan tingkat inflasi disana.

Emas sebagai safe-haven

Safe haven merujuk pada aset investasi yang dinilai paling aman, atau bahkan meningkat nilainya, ketika kondisi ekonomi bergejolak. Jika sebagian besar aset jatuh nilainya saat perekonomian tak menentu, aset safe haven tetap mempertahankan atau meningkatkan nilainya.

Banyak yang menganggap keputusan untuk membeli emas sebagai bias perilaku, berdasarkan sejarah emas sebagai penyangga mata uang dan sebagai penyimpan nilai. Teorinya adalah karena emas secara historis dianggap sebagai aset aman, maka ketika ada tanda-tanda keruntuhan pasar yang signifikan, para investor berbondong-bondong membeli logam mulia ini. 

Emas sebagai safe-haven telah menjadi fenomena yang terpenuhi dengan sendirinya. Sebagai komoditas fisik, harga emas tidak sering dipengaruhi oleh keputusan bank sentral mengenai suku bunga, dan tidak seperti mata uang kertas, pasokannya tidak dapat dimanipulasi oleh tindakan seperti pencetakan namun faktor-faktor lain termasuk data inflasi, peristiwa geopolitik, dan sentimen pasar juga akan mempengaruhi pergerakan harga emas.

Dikutip dari Tradeview Capital Chief Investment Officer, investor kemungkinan akan terus memegang posisi yang berhubungan dengan emas setidaknya dalam waktu dekat, sambil memantau situasi dan kebijakan di Amerika Serikat. Dalam lingkungan inflasi yang tinggi, emas cenderung naik jika bank sentral lebih fokus pada pertumbuhan, dan turun jika bank sentral lebih fokus pada perang melawan inflasi. Jika ekonomi AS mengalami soft landing, ada risiko harga emas turun hingga 10%. Sebaliknya, jika ekonomi AS mengalami resesi, ada potensi kenaikan hingga 30%.

Tren emas 5 tahun terakhir

Emas hingga kini masih menjadi investasi jangka panjang yang masih digandrungi masyarakat. Salah satunya, investasi berupa logam mulia atau emas batangan. Harga beli yang terus merangkak naik sejak lima tahun belakang sejalan dengan tren harga pembelian kembali atau buyback yang meningkat. Hal ini terlihat dari imbal hasil investor atau pemilik emas batangan yang memperoleh sekitar Rp 372.667 per gram. Diluar hubungan emas dan US Dollar, emas secara nilai tetap menjadi aset yang stabil dan masyarakat menilai emas sebagai aset investasi di tengah kondisi global. 

Dalam 5 tahun terakhir rekor tertinggi baru emas menyentuh $2.075 selama krisis pandemi Covid-19 pada Agustus 2020. Kekhawatiran resesi dan stimulus moneter dan fiskal mendorong harga. Pasar kemudian berkonsolidasi di atas $1.800 tahun 2021, sebelum melonjak hingga $2.070 selama sesi perdagangan pada Maret 2022. Konflik Ukraina dan lonjakan inflasi telah menopang emas sepanjang tahun 2022. 

Level signifikan jangka pendek termasuk level tertinggi Juni 2021 di $1.916 dan level tertinggi November 2021 di $1.877. Inflasi yang meningkat mungkin memiliki efek peredam pada suku bunga riil.

Pada Juli 2022, World Gold Council, sebuah organisasi pengembangan pasar untuk industri emas, memberikan perkiraan harga emas terbaru dan memperkirakan bahwa komoditas ini dapat menghadapi dua tantangan signifikan dalam waktu dekat, yang berpotensi berdampak pada pasar emas. Apabila situasi global dan faktor penggerak harga emas terjadi, emas akan bergerak ke level terbaru atau sebaliknya.

 Emas ditengah Kondisi Global

Secara historis, para investor beralih ke emas ketika pasar berbalik arah. Terlepas dari karakteristiknya sebagai safe haven, kita telah melihat bahwa logam mulia ini terbukti memiliki risiko yang sama besarnya dengan ekuitas. Namun, hal ini tidak membuat emas tidak dapat diandalkan. Ada beberapa elemen kontekstual lain yang harus diperhitungkan sebelum mengkualifikasikan aset yang didambakan sebagai aset yang tidak terlalu aman.

Perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung mendorong emas ke level tertinggi sepanjang masa di $2.070 per ons. Segera setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan dimulainya "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari 2022, permintaan emas Rusia tumbuh lima kali lebih cepat daripada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu harga emas juga ikut terangkat karena adanya krisis di sektor perbankan global juga mendorong investor berbondong-bondong beralih ke logam safe-haven. Runtuhnya Silicon Valley Bank di AS telah menyoroti kerentanan bank terhadap suku bunga yang meningkat tajam, sementara kekalahan di saham Credit Suisse telah menambah gejolak pasar.

Krisis perbankan ini berlanjut dengan jatuhnya beberapa saham perbankan Amerika sekitar 15%-27%. Saham perbankan tersebut jatuh akibat bangkrutnya First Republic Bank yang akhirnya dibeli oleh JP Morgan. Hal ini menebar ketakutan bagi perbankan dengan skala yang lebih kecil. Keputusan The FED akan mempengaruhi sedikit banyak anomali perdagangan yang bisa jadi sinyal bagi masyarakat untuk masuk ke aset safe-haven seperti emas. 

Ingin tau lebih lanjut tentang analisis emas dan peluang cuan dari volatilitas Emas?
Yuk, perkaya pemahaman kita dalam memanfaatkan volatilitas harga emas bersama @phillipfutures ! Dapatkan hadiah voucher MAP senilai total Rp6jt. S&K Berlaku.
Member of
© Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX)
Join Our Monthly Newsletter
Follow Us
Contact Us
Midpoint Place, 22nd Floor, K.H. Fachrudin Street No. 26, Tanah Abang, Jakarta Pusat
+62 21 3002 7788