| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 1.13640 | 0.02% |
GBPUSD | 1.36330 | 0.01% |
AUDUSD | 0.72100 | -0.04% |
NZDUSD | 0.67840 | -0.03% |
USDJPY | 115.290 | 0.08% |
USDCHF | 0.92320 | 0.03% |
USDCAD | 1.25730 | -0.08% |
GOLDUD | 1822.160 | -0.17% |
COFR | 1162920 | 0.06% |
USD/IDR | 14290 | -0.03% |
Rabu, 12 Januari 2022 - Harga minyak pagi ini terpantau bergerak bullish didukung oleh potensi meningkatnya permintaan yang dipicu oleh pemulihan ekonomi. Selain itu, laporan stok minyak AS serta sinyal OPEC+ untuk tidak menambah lebih banyak pasokan juga turut mendukung pergerakan harga lebih lanjut.
Dalam laporan Outlook Energi Jangka Pendek yang dirilis hari Selasa oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) memperkirakan produksi minyak mentah AS akan naik 610,000 bph menjadi 12.41 juta bph pada 2023, yang disertai dengan peningkatan permintaan bensin sebesar 90,000 bph menjadi 9.15 juta bph. Secara keseluruhan, EIA memperkirakan permintaan minyak AS akan naik 330,000 bph menjadi 20.92 juta barel pada 2023.
Dari sisi pasokan dilaporkan bahwa stok minyak mentah AS dalam sepekan turun sebesar 1.08 juta barel, ungkap data dari grup industri American Petroleum Institute (API). Laporan tersebut mengindikasikan permintaan yang positif di pasar minyak AS. Sementara untuk angka resmi dari pemerintah akan dirilis malam nanti oleh EIA.
Turut mendukung harga minyak, Menteri Perminyakan Oman Mohammed Al Rumhi pada hari Selasa menegaskan bahwa OPEC dan sekutunya tidak ingin harga minyak mentah naik menjadi $100 per barel, sehingga menghidupkan kembali produksi akan mencegah potensi panas berlebih pada pasar minyak global. Al Rumhi juga menambahkan bahwa peningkatan bertahap produksi OPEC+ saat ini sudah cukup untuk mengimbangi peningkatan permintaan di pasar. Pernyataan tersebut memberikan sinyal bahwa OPEC+ tidak akan menambah lebih banyak pasokan ke pasar, melebihi kesepakatan yang sudah ada saat ini. Oman sendiri merupakan negara produsen minyak mentah terbesar di Timur Tengah yang tergabung dalam anggota sekutu OPEC.
Sementara itu, produksi minyak Libya dilaporkan naik menjadi 896,000 bph dari 729,000 bph pada minggu lalu pasca berakhirnya blokade milisi di ladang minyak Sharara, El Feel dan Wafa, ungkap kantor media National Oil Corp (NOC) pada hari Selasa. Meski demikian, NOC menambahkan bahwa sektor minyak Libya masih menghadapi ancaman cuaca buruk yang telah menyebabkan Waha Oil Co mengurangi produksi sebesar 50,000 bph dan berpotensi berkurang hingga mencapai 105,000 bph jika cuaca buruk terus berlanjut.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran Resistance di IDR 1,180,000 - 1,200,000 per barel serta kisaran Support di IDR 1,145,000 - 1,125,000 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya | |||||
22:30 | USA - EIA Crude Oil Domestic Production |
|
| 11.8M | |||||
22:30 | USA - EIA Crude Oil Stocks Change |
| -1.904M | -2.144M | |||||
22:30 | USA - EIA Gasoline Stocks Change |
| 2.408M | 10.128M |