| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 0.98770 | 0.34% |
GBPUSD | 1.13250 | 0.24% |
AUDUSD | 0.64880 | 0.46% |
NZDUSD | 0.57360 | 0.77% |
USDJPY | 144.630 | 0.02% |
USDCHF | 0.98290 | -0.16% |
USDCAD | 1.36150 | -0.20% |
GOLDUD | 1715.000 | 0.32% |
COFU | 88.08 | -0.11% |
USD/IDR | 15190 | 0.03% |
Kamis, 06 Oktober 2022 - Harga minyak kembali melambung pasca OPEC+ menyepakati pengurangan produksi terbesar sejak 2020. Selain itu, sentimen positif lain juga datang dari proyeksi harga dari Goldman Sach, pembatasan harga minyak Rusia oleh UE, dan laporan EIA. Meski demikian, perilisan tambahan minyak dari Cadangan Darurat AS membatasi pergerakan harga lebih lanjut.
OPEC dan sekutunya menyepakati untuk memangkas produksi sebesar 2 juta bph dalam pertemuan yang berlangsung hari Rabu. Pengurangan 2 juta bph tersebut akan dibagi secara pro rata antara anggota aliansi 23 negara produsen itu, ungkap Amir Hossein Zamaninia, gubernur OPEC untuk Iran. Zamaninia juga menambahkan bahwa kedepannya OPEC+ tidak akan lagi mengadakan pertemuan bulanan, dan Komite Pemantau Gabungan Kementerian (JMMC), yang mengawasi pelaksanaan pengurangan produksi nantinya akan bertemu setiap dua bulan.
Pasca keputusan OPEC+, perusahaan perbankan investasi global, Goldman Sachs pada hari Rabu meningkatkan proyeksi harga minyak global untuk kuartal IV sebesar $10 menjadi $110 per barel.
Turut mendukung pergerakan harga minyak, negara-negara Uni Eropa (UE) pada hari Rabu sepakat untuk bergabung dalam aksi penerapan batas harga terhadap minyak Rusia serta sanksi tambahan baru lain seperti pembatasan ekspor komponen pesawat UE ke Rusia dan pembatasan impor dari Rusia pada barang-barang untuk produk baja, bubur kayu, kertas, mesin dan peralatan, bahan kimia, plastik dan rokok. Keputusan UE tersebut berpotensi memicu Rusia untuk semakin memperketat pasokan minyak ke UE, yang sekaligus menambah kekhawatiran akan ancaman krisis energi yang lebih akut bagi UE.
Sentimen positif lain juga datang dari laporan yang dirilis Rabu malam oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak mentah AS dalam sepekan merosot turun sebesar 1.36 juta barel, di luar prediksi awal yang memperkirakan stok akan naik sebesar 2.05 juta barel. Untuk stok bensin juga dilaporkan turun sebesar 4.73 juta barel, melebihi prediksi awal yang memperkirakan stok akan turun sebesar 1.33 juta barel. Laporan EIA tersebut menguatkan laporan versi industri yang dirilis sebelumnya oleh American Petroleum Institute (API), yang sekaligus mengindikasikan permintaan yang sedang bullish di pasar energi AS.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu mengumumkan akan kembali merilis tambahan minyak sebesar 10 juta barel dari Cadangan Darurat Negara, dan meminta perusahaan energi AS untuk membantu menstabilkan harga gas domestik. Pengumuman tersebut merupakan tanggapan atas keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi, mengabaikan desakan dari AS sebelumnya. AS sendiri tercatat telah merilis sebanyak 160 juta barel minyak sejak bulan Maret, yang mendorong minyak di Cadangan Darurat Negara saat ini menyentuh level terendah dalam empat dekade.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $92 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $84 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya |
19:30 | USA - Continuing Jobless Claims |
| 1345K | 1347K |
19:30 | USA - Initial Jobless Claims |
| 203K | 193K |