| Pembukaan | % Perubahan |
EURUSD | 0.98360 | -0.21% |
GBPUSD | 1.12670 | -0.33% |
AUDUSD | 0.66290 | -0.59% |
NZDUSD | 0.58520 | -0.58% |
USDJPY | 144.040 | 0.29% |
USDCHF | 0.96600 | 0.11% |
USDCAD | 1.34580 | 0.48% |
GOLDUD | 1673.000 | -0.79% |
COFU | 83.07 | 0.17% |
USD/IDR | 15000 | 0.27% |
Kamis, 22 September 2022 - Harga minyak pagi ini terpantau mengalami koreksi naik tipis didukung oleh isyarat peningkatan permintaan oleh China serta memanasnya tensi antara AS dan Iran. Meski demikian, sinyal kenaikan suku bunga AS secara agresif dan permintaan yang lesu di pasar energi AS membatasi kenaikan harga lebih lanjut.
Permintaan minyak di China yang merupakan negara importir minyak terbesar pertama dunia dan sekaligus konsumen terbesar kedua dunia ini berpotensi mengalami peningkatan pasca setidaknya tiga kilang minyak negara dan mega kilang swasta mengisyaratkan sedang mempertimbangkan peningkatan operasi secara bulanan hingga 10% pada Oktober, dan kemungkinan akan terjadi lonjakan ekspor bahan bakar pada kuartal keempat nanti, ungkap orang yang mengetahui masalah tersebut. Mengutip dari data yang dirilis oleh perusahaan analis Kpler, minyak mentah AS yang tiba di China pada Oktober diperkirakan akan mencapai level tertinggi sejak Desember 2020 pada 450,000 bph, naik dari sekitar 300,000 bph pada periode Agustus-September. Untuk persediaan minyak mentah darat di China turun menjadi sekitar 986 juta barel pada pertengahan September, turun 6% dari puncaknya 1.049 juta barel pada akhir Juni.
Turut mendukung pergerakan harga minyak, AS pada hari Rabu meminta hakim di Pengadilan Internasional Den Haag untuk menolak klaim dari Iran yang menuntut AS terkait pembekuan aset perusahaan Iran. Hal tersebut berpotensi membuat tensi antara AS dan Iran tetap memanas, yang sekaligus mengindikasikan bahwa AS tidak akan mencabut sanksi terhadap Iran dalam waktu dekat, termasuk untuk sektor perminyakan Iran.
Sementara itu, The Fed pada hari Rabu kembali menaikkan suku bunga AS sebesar 75 basis poin - yang sekaligus menandai kenaikan ketiga kalinya - dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar di masa mendatang. Meskipun langkah yang diambil oleh The Fed tersebut diyakini akan dapat meredam lonjakan inflasi, namun di sisi lain juga berpotensi mengancam pertumbuhan aktivitas ekonomi yang akan mendorong penurunan permintaan termasuk minyak mentah.
Masih dari AS, dalam laporan yang dirilis Rabu malam oleh badan statistik pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) menunjukkan stok minyak mentah naik sebesar 1.14 juta barel, lebih rendah dari prediksi awal yang memperkirakan stok akan naik sebesar 2.16 juta barel. Untuk stok bensin juga dilaporkan naik sebesar 1.57 juta barel, di luar dugaan yang sebelumnya memperkirakan akan terjadi penurunan sebesar 431 ribu barel. Selain itu dari sisi produksi dilaporkan tidak berubah dari posisi minggu sebelumnya atau tetap di level 12.10 juta barel. Laporan EIA ini menguatkan laporan yang dirilis sebelumnya oleh grup industri American Petroleum Institute (API), bahwa permintaan sedang lesu di pasar energi AS.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $90 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $80 per barel.
Jam | Data | Aktual | Ekspektasi | Sebelumnya |
19:30 | USA - Continuing Jobless Claims |
| 1400K | 1403K |
19:30 | USA - Initial Jobless Claims |
| 220K | 213K |
21:00 | USA - CB Leading Index MoM |
| -0.1% | -0.4% |