Home
>
News
>
Publication
>
Infeksi Covid di China Lampaui 8 Ribu Kasus, Minyak Ikut Terkonsolidasi
Infeksi Covid di China Lampaui 8 Ribu Kasus, Minyak Ikut Terkonsolidasi
Wednesday, 09 November 2022

Indikator Harga

 

Pembukaan

% Perubahan

EURUSD

1.00720

0.02%

GBPUSD

1.15410

0.02%

AUDUSD

0.65010

-0.11%

NZDUSD

0.59530

-0.13%

USDJPY

145.670

-0.02%

USDCHF

0.98530

-0.02%

USDCAD

1.34260

-0.04%

GOLDUD

1,712.500

0.15%

COFU

88.57

0.32%

USD/IDR

15,650

0.11%

Fokus Crude Oil:

  1. Guangzhou jadi episentrum Covid baru; Kasus infeksi harian lampaui 8,000 kasus.
  2. EIA pangkas perkiraan pertumbuhan permintaan dan persediaan minyak dunia pada 2023.

***************************************************************

Rabu, 09 November 2022 - Harga minyak pagi ini terpantau bergerak datar dibebani oleh beragam sentimen negatif, terutama dari perkembangan situasi Covid di China yang kian mengkhawatirkan. Meski demikian, isyarat kecemasan pasar akan pasokan mendekati berlangsungnya embargo terhadap Rusia, memberikan dukungan pada harga minyak.

Jelang pemberlakuan embargo minyak Rusia oleh Uni Eropa (UE) pada bulan depan, kekhawatiran pasar akan ketersediaan pasokan mulai terlihat dari peningkatan permintaan minyak dari Timur Tengah. Mengutip dari Lin Keh-Yen, juru bicara Formosa Petrochemical Corp Taiwan, disebutkan bahwa setidaknya ada sembilan pedagang dan penyuling di Asia dan Eropa yang mengikat kontrak berjangka dengan produsen minyak Timur Tengah. Namun, dengan adanya komitmen pemangkasan produksi yang dijalankan oleh OPEC dan sekutunya, tidak menjamin bahwa semua pembeli akan mendapatkan minyak sesuai kontrak, tambah Lin.

Sementara itu, kota Guangzhou yang menjadi pusat manufaktur global dilaporkan menjadi episentrum baru Covid dengan infeksi harian mencapai 7,475 kasus pada 7 November, yang sekaligus menyumbang hampir sepertiga dari total infeksi harian di China yang telah mencapai 8,335 kasus pada 8 November atau naik dari 7,691 kasus sehari sebelumnya. Perkembangan situasi tersebut memicu kekhawatiran akan mendorong terjadinya pembatasan dan penguncian yang lebih ketat di negara importir minyak terbesar pertama dunia itu.

Dalam laporan Outlook Energi Jangka Pendek yang dirilis pada hari Selasa, Energy Information Administration (EIA) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2023 sebesar 320,000 bph menjadi 1.16 juta bph. Untuk persediaan minyak global juga diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 1.2 juta bph pada kuartal pertama 2023. Adapun untuk faktor yang membebani pertumbuhan itu datang dari PDB AS yang diperkirakan akan turun sedikit pada 2023, sehingga berkontribusi pada penurunan total konsumsi energi AS pada tahun depan. Meski demikian, EIA mengatakan ketidakpastian dalam kondisi makroekonomi berpotensi untuk mempengaruhi pasar energi dalam periode perkiraan secara signifikan.

Turut membebani pergerakan harga, persediaan minyak mentah AS dalam sepekan melonjak naik sebesar 5.62 juta barel, ungkap laporan terbaru yang dirilis oleh grup industri American Petroleum Institute (API). Laporan tersebut mengindikasikan permintaan yang sedang lesu. Meski demikian, pasar masih menantikan data versi pemerintah yang akan dirilis Rabu malam oleh EIA. 

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $92 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $84 per barel.

DATA EKONOMI HARIAN

Jam

Data

Aktual

Ekspektasi

Sebelumnya

22:30

USA - EIA Crude Oil Domestic Production

 

 

11.900M

22:30

USA - EIA Crude Oil Stocks Change

 

1.360M

-3.115M

22:30

USA - EIA Gasoline Stocks Change

 

-1.080M

-1.257M

Riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange

Crude Oil Daily Newsletter

Member of
© Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX)
Join Our Monthly Newsletter
Follow Us
Contact Us
Midpoint Place, 22nd Floor, K.H. Fachrudin Street No. 26, Tanah Abang, Jakarta Pusat
+62 21 3002 7788