Indikator Harga

Fokus Crude Oil:

1. Pengurangan produksi OPEC+ sebesar lebih dari 1 juta barel, diluar pemangkasan tambahan sukarela dari anggota individu.
2. Arab Saudi berpotensi menaikkan harga jual minyak ke Asia untuk pengiriman bulan November.

***************************************************************

Selasa, 04 Oktober 2022 - Harga minyak pagi ini terpantau bergerak bullish mendekati pertemuan OPEC+ besok, ditengah menguatnya ekspektasi bahwa OPEC+ akan melakukan pemangkasan produksi terbesar sejak 2020. Selain itu, isyarat kenaikan harga jual resmi minyak Saudi bulan November dan pernyataan IEA turut mendukung pergerakan harga lebih lanjut.

OPEC dan sekutunya dijadwalkan akan bertemu besok (5/10) guna memutuskan kebijakan terkait produksi, dimana sejauh ini aliansi 23 negara produsen itu telah mengisyaratkan kemungkinan untuk mengurangi produksi hingga lebih dari 1 juta barel, yang sekaligus menandai pemangkasan terbesar yang dilakukan sejak tahun 2020. Bahkan, satu sumber OPEC pada hari Senin mengatakan bahwa jumlah pemangkasan tersebut tidak termasuk pengurangan tambahan secara sukarela oleh anggota individu. Seorang juru bicara Gedung Putih pada hari Senin menolak untuk mengomentari keputusan apa yang akan disepakati oleh OPEC+ saat bertemu besok, namun AS saat ini lebih berfokus untuk memastikan kecukupan pasokan energi di pasar agar permintaan dapat dipenuhi dan ekonomi global dapat bertumbuh.

Turut mendukung pergerakan harga minyak, mengutip dari survei yang dilakukan Reuters dari lima sumber kilang pada 29-30 September, harga jual resmi minyak Arab Light untuk pengiriman November ke China mungkin akan naik sekitar 25 sen per barel. Sinyal kenaikan harga jual resmi minyak mentah Saudi menjadi katalis positif bagi harga minyak karena sering digunakan sebagai tren bagi produsen minyak utama Timur Tengah lainnya seperti Iran, Kuwait, dan Irak.

Sentimen positif lain juga datang dari International Energy Agency (IEA) yang pada hari Senin mengatakan bahwa pasar gas global diperkirakan akan tetap ketat tahun depan, meskipun ada penurunan pasokan gas dari Rusia dan langkah-langkah penghematan energi di Uni Eropa (UE). Sementara konsumsi gas global diperkirakan akan naik sebesar 0.4% tahun depan. IEA juga menambahkan jika pasokan gas Rusia ke Eropa benar-benar dihentikan per 1 November, maka penyimpanan gas UE akan kurang dari 20% penuh pada Februari, saat ini, tingkat penyimpanan gas UE telah mencapai lebih dari 88% penuh.

Sementara itu, perusahaan kilang China kemungkinan akan meningkatkan ekspor produk minyak olahan dalam dua bulan terakhir 2022 hingga awal 2023 nanti, menyusul dikeluarkannya kuota ekspor baru sebesar 15 juta ton, alokasi terbesar dari Beijing tahun ini, ungkap sumber pada hari Senin. Kuota tersebut mencakup 13.25 juta ton produk olahan - biasanya bensin, solar dan bahan bakar penerbangan - dan 1.75 juta ton bahan bakar laut rendah sulfur. Diharapkan dengan peningkatan ekspor tersebut akan membantu menstabilkan pasokan di pasar minyak global dan sebagian menggantikan pasokan dari Rusia yang akan terkena embargo UE dalam beberapa bulan mendatang.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level $87 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level $80 per barel.

DATA EKONOMI HARIAN

Riset Indonesia Commodity and Derivative Exchange

Crude Oil Daily Newsletter